Jumat, 13 Maret 2015

Guriding alat musik khas kalimantan selatan yang mulai langka



   Asfary Praditya M husni


Guriding atau juga Kuriding ini, adalah sebuah alat musik khas daerah Kalimantan Selatan. Guriding dimainkan oleh seniman dari etnis Bakumpai maupun juga Banjar. Guriding dibuat dari enau atau kayu mirip ulin yang hanya ada di daerah Muara teweh Barito utara.
Cara memainkan Guriding ini ialah dengan tangan kiri memegang tali pendek melingkar yang menahan bilah kayu itu agar menempelkan di mulut. Tangan kanan menarik-narik tali panjang yang diikat pada ujung bilah sebelahnya. Terdengar seperti suara angin menderu-deru, diiringi bunyi menghentak-hentak berirama teratur.
Deru angin itu muncul dari tiupan mulut pemain Guriding, sedangkan bunyi menghentak-hentak dari tarikan tangan kanan.
Alat musik Guriding ini diketahui melalui lagu Ampat lima yang salah satu liriknya adalah "ampat si ampat lima ka ai, Kuriding patah,.." tapi jarang ada yang melihat bentuk alat itu apalagi orang memainkannya.
Saat ini orang yang bisa bermain Guriding pun sudah sangat langka seiring perkembangan jaman yang begitu besar. Apalagi di tambah tingkat kesulitan untuk menguasai alat ini cukup susah atau tinggi. Selain itu, konon Guriding juga sulit dibuat dan memainkannya harus hati-hati karena bila sampai patah akan membahayakan pemainnya. Itu sebabnya ada sebuah ungkapan Banjar yang berbunyi "Kurinding Patah".


Ampat si ampat lima ka ay
kuriding patah
patah sabilah, patah sabilah,
di higa lawang
Ampat si ampat lima ka ay
'ku tanding sudah
kada manyama, kada manyama,
nang baju habang
Siapa yang tidak kenal dengan lagu tersebut..? apalagi orang banjar pastinya sudah tau dong, ya lagu dengan judul “Ampat Lima” karya H. Anang Ardiansyah ini sangat begitu dikenal olehnmasyarakat di Kalimantan Selatan. Namun kenal kah anda dengan “kuriding” tidak sedikit yang mungkin tidak tahu seperti apa wujud atau bentuk dari “Kuriding”. Dalam tulisan ini saya akan mencoba untuk menyampaikan sebuah catatan pengalaman dan untuk berkenalan dengan alat musik tradisional yang sangat langka ini.
Berawal dari informasi seorang sahabat saya yang mem akan ada beritahukan  bahwa akan ada sebuah pertunjukan kesenian “Kuriding” ketika acara pembukaan “Kongres Budaya Banjar II” nah pastinya sangat menarik sekali untuk di tonton.

Pada sebuah acara pembukaan KBB II dipertunjukkanlah kesenian “Kuriding” yang dimainkan oleh seorang seniman yang berasal dari Kabupaten Batola (Marabahan) ternyata mereka yang memainkan ini juga berasal dari suku Bakumpai yang sudah pasti secara turun temurun menggeluti kesenian tradisional ini.
Dari penuturan salah satu pemain Kuriding yang bernama Ibu Raminah, beliau juga menceritakan saat ini sudah jarang yang bisa memainkan alat musik ini dan juga bahkan yang membuatnya pun sudah lama meninggal dunia sehingga mereka hanya bisa memainkan “Kuriding’ peninggalan secara turun temurun namun tidak bisa membuatnya, begitulah ujar salah satu pemain kuriding tadi menuturkan. Dan juga perlu di ketahui bahwa memainkan Kuriding ini tidak bisa sembarangan ,namu perlu adanya keterampilan khusus, “Dulu jumlah kami yang belajar kuriding yah kisaran sekitar 50 orang saja, tapi terus bermain hanya tiga orang,” kata Raminah sambil memperlihatkan kuriding yang dia pegang di tangannya.
Dia juga bilang bahwa dia mewarisi kuriding dari ayahnya, lalu menceritakan bahan membuat kuriding dari enau, atau kayu mirip ulin (kayu pangaris) yang hanya ada di daerah Muara Teweh, Barito Utara. Sesulit memainkannya, alat kuriding juga sulit dibuat meskipun tampak kelihatan sangat sederhana.Kalau saja salah membuatnya maka itu dapat membahayakan para pemain yang memainkan alat musik tradisional tersebut, makanya lagu Kuriding patah itu benar adanya. Sebab, jika kuriding bisa patah ketika dimainkan dan itu pastu akan berakibat membahayakan pemainnya,” terangnya. Melihat kenyataan yang demikian, perempuan-perempuan dari suku Bakumpai ini khawatir, generasi muda kini sudah sangat susah untuk belajar bermain musik tradisional Kuriding karena seiring berkembangnya jaman.
Guriding atau Kuriding ini adalah alat musik tradisional asli buatan nenek moyang dari orang Banua, Kalimantan Selatan. Kuriding ini terbuat dari bambu atau juga dari kayu,yang berbentuk kecil, dan juga memiliki alat getar (tali) serta tali penarik. Dimainkan yaitu dengan cara ditempelkan di bibir sambil menarik gagang tali getar. Bunyi akan muncul saat tali getar bergetar. Dan bunyi akan terdengar merdu jika sang pemain dapat menarik tali dengan ritme tertentu sehingga dapat mengatur nadanya sendiri.
Ada pula kisah mitos asal-usul menarik yang wajib untuk disimak. Syahdan, Guriding adalah milik seekor macan di hutan Kalimantan Selatan. Suatu ketika, sang macan meminta anaknya untuk memainkan guriding. Namun, sang anak justru mati karena tenggorokannya tertusuk guriding. Akibatnya sang macan mewanti-wanti agar anak keturunannya tidak lagi memainkan guriding. Dalam perkembangannya, mitos ini menjadi dasar mitos masyarakat Banjar membunyikan guriding, yakni sebagai alat ampuh untuk mengusir macan. Mereka juga menggantungkan atau meletakkannya di atas tempat tidur anak-anak mereka.
Dalam kehidupan sosial dan budaya orang Banjar, guriding ini juga memiliki fungsi guna yang sangat beragam, contohnya yaitu sebagai alat untuk pelipur lara di kala sepi atau sedang suntuk dan melepas lelah usai bekerja di kebun atau hutan,dan juga sebagai alat untuk mengingatkan mereka akan adanya leluhur, dan juga sebagai media yang disakralkan. Fungsi-fungsi ini masih dipercaya oleh masyarakat hingga kini. Akan tetapi mereka sudah jarang memainkan atau menyimpannya, kecuali mereka yang masih peduli dengan budaya tradisi.
Keberadaan guriding saat ini juga sangat memprihatinkan, bahkan bisa di katakan hampir punah.Saat ini hanya dimainkan oleh generasi tua saja yang tinggal di daerah-daerah perkampungan. Namun para generasi muda sudah enggan memainkan guriding Selain dianggap sudah ketinggalan zaman, para generasi muda banua lebih suka memainkan alat musik modern, seperti gitar, mendengarkan musik dari radio atau telpon genggam dan juga alat musik modern lainnya.
Alat musik Kuriding ini juga termasuk ke dalam kategori alat musik “Jew’s Harp” yang diduga merupakan alat musik paling tua yang ada didunia sebarannya pun bukan hanya di Asia namun juga terdapat di Benua Eropa, dengan nama yang berbeda-beda dan bahannya pun juga beragam. Dari sisi produksi suara pun tak jauh berbeda, hanya cara memainkannya saja yang sedikit berlainan; ada yang di trim (di getarkan dengan di sentir), di tap ( dipukul), dan ada pula yang di tarik dengan menggunakan benang seperti Kuriding.
Di Indonesia alat musik yang sejenis dengan Kuriding juga terdapat di Daerah Istimewa Yogya karta biasanya dimainkan saat menjelang musim panen padi tiba namanya “Rinding”.